Minggu, 03 April 2011

PESONA PANTAI SORAKE NIAS


Pantai Sorake, Nias Selatan, menjadi salah satu tujuan para wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumatera Utara. Hamparan pasir pantai seakan menjadi alas berpijak kaum pribumi Kabupaten Sorake. Setiap turis yang menapakkan kakinya di pasir pantai Sorake, pasti terkesima dengan bentangan luas garis pantai dan barisan pohon kelapa pada setiap sisinya. Panorama yang disajikan di sekitaran wilayah pantai Sorake memunculkan kesan damai. Setiap malam bahkan tidak pernah berhenti suara desiran ombak yang menghantam karang semakin menjadi-jadi. Apalagi ketika air pasang datang, suaranya seakan mampu membuat karang-karang di pinggiran pantai pecah. Pantai Sorake juga disebut-sebut sebagai tempat selancar terbaik kedua setelah pantai Hawaii, Amerika. Pantai yang terletak di Pulau Nias, tepatnya di Desa Botohilitano, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan ini memang memiliki daya tarik sendiri bagi para wisatawan mancanegara (wisman).Kabupaten Nias Selatan merupakan salah-satu kabupaten di Sumatera Utara yang terletak di Pulau Nias. Pesona pantai dan ombaknya dikenal di mata dunia, terbukti beberapa kali telah diadakan lomba berselancar tingkat internasional di Pantai Sorake, tetapi lokasi ini belum tertata dengan rapi.

Sepanjang Pantai Sorake berjajar home stay yang siap melayani dan membuai wisatawan yang ingin menikmati keindahan pantai, dengan tarif yang cukup murah sekelas penginapan melati. Jarak menuju ke Pantai Sorake dari Bandara Binaka Gunung Sitoli, Nias, kurang lebih menghabiskan waktu 4 jam dengan menggunakan angkutan umum kota. Jika Anda ingin mengunjungi Pantai Sorake ini, Anda dapat menggunakan Feri atau Jet Foil dari Sibolga menuju Gunung Sitoli atau jika Anda naik pesawat, dari Polonia Medan menuju Binaka (Nias), Anda juga akan menjumpai banyak sekali turis mancanegara yang juga hendak menuju pantai Sorake ini. Mereka adalah penggemar olahraga selancar yang akan datang ke Pantai . Tempat surfing dan selancar yang disebut paling baik kedua setelah Hawaii adalah Pantai Sorake dan Lagundri. Ombak di pantai Sorake ini bisa mencapai ketinggian 15 m karena langsung berhadapan dengan Samudera Indonesia. Ombak di Sorake ini konon memang sangat ideal untuk olahraga air berselancar. Ombak di pantai ini punya lima tingkatan. Tidak ada tempat lain di dunia yang punya ombak seperti itu. Jadi, kalau peselancar gagal main slalom di sana, mereka masih bisa melanjutkan atraksi dengan gaya lain di tiap ombak berikutnya. Namun, kenyataan menunjukkan pantai Sorake hanya ramai saat ada kejuaraan internasional selancar, yang biasanya jatuh pada bulan Juni - Juli, saat ombak sedang besar-besarnya. Di luar itu, kedua pantai tersebut adalah pantai indah yang sepi dan sunyi.

Sabtu, 02 April 2011

KAMPUNG BALI SERDANG BEDAGAI


Pura yang mungkin satu-satunya di Sergai bahkan dapat dikatakan di Sumatera Utara ini, terletak di Desa Pegajahan Dusun Harapan II, Kecamatan Pegajahan, sekitar 12 km dari kota Perbaungan, merupakan satu kecamatan yang baru dimekarkan dari Kecamatan Perbaungan sebelumnya.
Persis sekitar 500 meter dari kantor Camat Pegajahan, berdirilah pura Panataran “Dharma Raksaka” yang dibuat sekitar tahun 1989 dengan promotor Mayor TNI-AD I Nengah Dana saat itu bertugas di Kodam I/BB. Pura itu didirikan di atas tanah berukuran 20 X 40 meter, sebagai tempat umat Hindu Bali melakukan aktifitasnya memuja Dewa sebagai tanda syukur atas keberkahan yang diberikannya kepada umat Hindu Bali.
Menurut salah seorang warga yang kakeknya berasal dari tanah Bali kepada DNA mengatakan, ”para tetua kami menjelaskan, dulunya sekitar tahun 1960-an, banyak warga yang mendiami daerah ini berasal dari Pulau Bali, pada saat itu terjadi letusan Gunung Batur yang banyak mengambil korban dan merusakkan kampung halaman dari tetua kami. Beberapa dari mereka ada yang pindah ke desa Sukasari ini, dan hari demi hari setelah terjadi asimilasi dan adaptasi dengan warga setempat dan ada pula yang pindah mencari lokasi sesuai pekerjaannya, maka kini hanya tinggal 7 kepala keluarga atau sekitar 30 jiwa saja yang berdiam di desa ini”,tukasnya.
Sesuai kesepakatan para warga yang berasal dari tanah Pulau Bali di Medan, maka sekitar tahun 1989 dimulai pembuatan Pura dan selesai sekitar tahun itu juga. "Karena selama ini kalau kami mau melakukan ibadah sesuai agama Hindu Bali, kami sangat kesulitan tempatnya dan hanya di rumah masing-masing," tambahnya.

Kini Pura Panataran “Dharma Raksaka” bukan hanya sebagai tempat ibadah warga Hindu Bali di Sergai saja, tetapi umat Hindu Bali dari penjuru Sumutra. Kemudian jjika hari-hari penting menurut hitungan Hindu Bali, akan memfokuskan kegiatan ibadahnya di Pura ini sekaligus sebagai ajang silaturahmi bagi warga yang berasal dari Tanah Bali.
Tidak hanya itu, di samping sebagai tempat beribadah, lokasi ini juga sudah dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata di Kabupaten Sergai. Anda ingin melihat budaya Bali, tidak perlu jauh-jauh, karena di Kecamatan Pegajahan, dapat dinikmati.

TANGKAHAN


Di tahun – tahun sebelumnya, illegal loging merupakan pendapatan utama masyakarakt di hutan Tangkahan, yang mencakup desa Namo Sialang dan Sei Serdang di kawasan Leuser. Sangat besarnya pendapatan mereka sehingga mereka mengabaikan perkebunan mereka. Akan tetapi kemanan hutan dan usaha penangkapan kepada penebang liar yang semakin diperketat membuat para penebang liar ini harus mencari penghasilan hidup lainnya yang juga berasal dari hutan namun aman dari hukum dan berkelanjutan. Mereka kemudian kembali mengelola perkebunan mereka yang semula terbengkalai dan mulai untuk menjalankan ide mempromosikan ekowisata di daerah mereka. Masyarakat di kedua desa ini (yang dihuni oleh sekitar 2000 KK) setuju untuk mengembalikan kawasan Tangkahan sebagai kawasan wisata yang ramah lingkungan. Ini ditandai dengan dibentuknya Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) yang merupakan lembaga lokal yang dipercaya untuk mengelola ekowisata dan bekerja sama dengan pihak taman nasional gunung leuser. Masyarakat bersama dengan LPT bertekad untuk berusaha melindungi keindahan hutan dari masyarakat luar yang berusaha mencuri kayu di hutan ini dan mencemari sungai, karena mereka ekonomi masyarakat di desa kami akan meningkat dengan adanya kegiatan ekowisata yang dikelola di kawasan ini’ ungkap Njuhang Pinem, yang merupakan ketua LPT, yang dulunya juga merupakan penebang liar. Sampai dua tahun yang lalu, tangkahan salah satu titik pusat penebangan liar di kawasan Leuser, tapi saat ini kesadaran masyarakat telah jauh meningkat dan mereka justru berbalik menjaga hutan, sekaligus membentuk ranger yang melakukan monitoring hutan, 2 kali seminggu.
Tangkahan merupakan kombinasi dari vegetasi hutan dan topografi yang berbukit, menjadikan tempat ini sangat ideal bagi tempat wisata. Sungai Batang Serangan dan Bulih yang membelah hutan ini merupakan tipe sungai yang mencirikan sungai di hutan tropis, dengan beraneka ragam jenis tumbuhan dan tebing yang beraneka warna di tepian sugai ini. Air sungai yang sangat jernih dan bernuansa hijau menciptakan panorama dan atmosfer yang alami dan mistik. Tangkahan memiliki 11 air terjun dan beberapa sumber air panas, juga gua kelelawar.

Untuk sampai di lokasi ini, dari terminal pinang baris di kota medan, bisa menggunakan bis PS langsung menuju Tangkahan, melewati Stabat. Perjalanan ke Tangkahan dapat ditempuh sekitar 3 - 4 jam dari kota Medan. Untuk menuju kawasan ekowisata, kita harus menyebrangi sungai. Sungai batang serangan cukup deras arusnya, sehingga harus menggunakan rakit, ini merupakan salah satu petualangan lain yang akan dirasakan pengunjung

Di Tangkahan sangat banyak aktivitas yang dapat dilakukan baik yang berupa petualangan atau hanya sekedar trekking di hutan tropis. Ada 3 jalur trekking di hutan ini mulai dari soft trekking (untuk anak – anak maupun keluarga) sampai yang bersifat petualangan. Para pengunjung akan ditemani oleh pemandu lokal yang telah dibekali dengan pengetahuan hutan dan interpretasi alam. Jalur trekking yang ada juga telah dilengkapi dengan papan informasi tentang beberapa fenomena alam di hutan Tangkahan. Bagi yang suka petualangan, dapat merasakan pengalaman baru, yaitu tubing. Tubing adalah semacam kegiatan rafting, namun tidak menggunakan perahu karet seperti biasa. Kita akan duduk di atas ban mobil dan mengalir mengikuti arus sungai sampai ke titik tertentu, sambil melewati goa, menikmati pemandangan di tepi sungai. Jangan khawatir, para pemandu di Tangkahan semuanya sudah sangat berpengalaman dalam kegiatan ini, dan mereka telah mengikuti pelatihan keselamatan dan memiliki SOP. Aktivitas lain yang dapat dilakukan selain pengamatan burung, berenang, dan kegiatan alam bebas lainnya, pengunjung juga dapat ikut dengan masyarakat yang melakukan monitoring hutan dengan gajah. Pengunjung akan diajak berkeliling hutan sambil menunggang gajah. Sampai saat ini ada 3 ekor gajah yang dipelihara dan dipergunakan untuk monitoring. Untuk menginap di Tangkahan, telah tersedia ecolodge (bamboo river) yang dikelola masyarakat, dilengkapi dengan restoran yang menyediakan menu lokal sederhana, namun cukup lezat
dinikmati.

WISATA ROHANI TAMAN IMAN DAIRI


TAMAN Wisata Iman (TWI) Kabupaten Dairi dibangun pada akhir rahun 1990-an, memiliki,luas wilayah 10 hektare (ha) yang sebelumnya merupakan areal hutan alang-alang, kini berubah menjadi tempat sakral. Lokasinya yang berada di atas tanjakan dikelilingi hutan pinus dan menjadi maskot ibukota Kabupaten Dairi, Sidikalang.

Taman Wisata Iman berada dalam Kota Sidikalang pada ketinggian puncak perbukitan membentuk aksara. “S”, Sitinjo dan berlatar belakang nun jauh di sana Kota Sumbul yang dikelilingi ribuan hektare areal persawahan padi petani yang tampak menguning.

Awal memasuki areal TWI Dairi disertai semilirnya angin pengunungan, layaknya mengelus wajah ketika kita berdiri, disambut gerbang empat pilar agama di Indonesia. Di sisi miniatur Ka’bah kompleks religi Islam, terkesan inilah naturalisme karunia Ilahi yang tiada bandingannya. Kemudian pandangan mata, menyapu rentetan miniatur religius Buddha, Kristen, Hindu berlatar belakang lembah dan hutan pinus, seolah merangkaikan kata-kata, “Indahnya Hidup Berdampingan”.

Kemudian disambut keberadaanm Kuil Sadhayana kompleks Buddha. Kuil ini, pernah diramaikan dengan perayaan Waisak yang dihadiri 1.500 umat Buddha, tidak saja umat Buddha dari Sumatera Utara, tetapi juga dari Pulau Penang, Malaysia.

Wisatawan Buddha asal Malaysia, menyatakan kekagumannya dengan bentuk Vihara WTI Dairi, disebutkan lokasi ini sangat sulit ditemukan. Apalagi menurut keyakinan Buddha, betapa Buddha Maha Agung Sidharta Gautama dilahirkan di hutan pinus. Keberadaan Kuil Sadhayana di TWI Dairi merupakan mukjizat dan memiliki keistimewaan tersendiri.

Stupa dan beberapa ornament vihara sengaja didatangkan dari India mau pun China. Sedangkan patung Maha Agung Sidharta Gautama terbuat dari batu gunung dikerjakan di Prumpun dekat Semarang, Jawa tengah. Vihara TWI Dairi akan menjadi pusat ibadah Buddha bagi pewisata dari dalam dan mancanegara. Kompleks vihara akan dijaga para Biksu untuk melayani umat Buddha untuk beribadah.

SEMILIRNYA terpaan angin serasa tidak kenal henti, menelusuri ruas jalan aspal di tengah hutan pinus. Pohon cherry yang berjajar di sepanjang jalan diramaikan dengan kicauan burang yang terbang dari satu pohon ke pohon lain menjadi pemandangan yang asri. Kemudian pengunjung diperlihatkan pada patung Abraham yang menghunuskan pedang untuk menyembelih putranya.

Patung Abraham, merupakan miniatur sumbangan para camat se-Kabupaten Dairi, Sebagai gambaran kesetiaan anak terhadap sang ayah. Setidak-tidaknya terdapat 14 miniatur patung yang menggambarkan Yesus Kristus sejak kelahirannya hingga ia disalibkan, memiliki makna religius dan pesan-pesan agamais terhadap penganutnya.

Bukit Golgota dengan 3 salib setinggi 15 meter menjadi tempat paling ramai dikunjungi para peziarah umat Kristiani. Tepat di bawah salib yang terlihat jelas dari Kota Sidikalang mau pun Kota Sumbul, tampak patung Bunda Maria berada di dalam gua. Vas bunga di kaki patung tidak pernah kosong, selalu diisi peziarah. Jalan menurun dengan miniatur jembatan membelah dua sungai, Lae Pendaroh bangunan gereja megah dan asrama penginapan, merupakan tujuan akhir peziarah untuk memanjatkan doa.

Jalan masih menanjak sebelah kiri berdiri Pura Hindu, pura dengan ornament khas Bali dan Hindu Tamil, India. Letaknya sangat strategis. Bila melepaskan pandangan mata, masih terasakan desiran angin menjurus ke Kota Sumbul. Ketika berdiri di antara dua pilar ornamen Bali, tatapan mata bagai tertahan menyaksikan nun jauh di sana, Bukit Barisan nan hijau.

MEMASUKI kompleks Islam disambut keberadaan menara Masjid Madinah, Ka’abah dan bangunan asrama penginapan. Areal lapangan yang tidak jauh dari bangunan ornamen tersebut, sering digunakan untuk acara keagamaan. Lapangan ini juga sering digunakan sebagai lapangan pendaratan pesawat helicopter, tidak saja para pejabat tetapi juga tamu-tamu dari luar negeri. Lapangan uni juga dapat digunakan acara manasik haji. Perwiritan dari perayaan keagamaan antaranya, Musabaqah Tilawatil Qur’an mau pun khatam Qur’an..

Di dalam lokasi TWI Dairi, tersedia bangunan penginapan dengan 17 kamar. Tiap kamar bisa menampung untuk kapasitas 6 orang. Penginapan ini juga dipersiapkan untuk bisa digunakan untuk pengobatan dan penyembuhan secara mental penderita narkoba.

Berdirinya TWI Dairi yang sebelumnya merupakan areal hutan alang-alang yang kemudian berubah menjadi sentra wisata religius, dimungkinkan keterpaduan bantuan dari PTPN, pengusaha, BUMN mau pun dari kalangan perbankan, khususnya Bank Sumut. Sementara sumbangan pribadi, antaranya dari Taufik Kiemas dan Togar Sianipar.

Banyak kalangan mengatakan, betapa lokasi TWI Dairi ini sangat spektakuler. Pesan-pesan khusus dari lokasi ini mengisyaratkan, betapa indahnya hidup berdampingan, keragaman agama pada bangsa Indonesia, menjadi kekuatan jika bersatu-padu. Intinya, dengan saling menghormati dan menghargai antar sesamanya merupakan modal dasar terbinanya persatuan dan kesatuan yang kuat dan kukuh.